BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pantai Takisung terletak di sebelah barat kabupaten Tanah
Laut. Berjarak ± 22 Km dari kota Pelaihari atau ± 87 Km dari ibu kota propinsi
Kalimantan Selatan (Banjarmasin). Pesisir pantainya ditumbuhi banyak pohon
kelapa. Pantai Takisung ini merupakan suatu objek wisata yang terdapat di kota
Pelaihari. Penduduk sekitar pantai, rata-rata mata pencahariannya adalah
nelayan dan bertani.
Di sekitar pantai, banyak pasar-pasar yang menjual
jajanan khas pantai seperti hiasan kerang, terumbu karang, berbagai ikan laut,
udang, kerupuk, dan lain-lain. Pantai
ini menyediakan sarana bermain untuk anak-anak, panggung hiburan, dan tempat
untuk bersantai. Jika musim libur tiba, banyak pengunjung yang berdatangan
untuk sekedar berlibur, ataupun untuk keperluan lain di pantai ini. Pantai takisung ini sudah tidak
seperti dulu lagi, karena kini pantainya sudah rusak akibat erosi yang
terus-menerus. Warna airnya sudah tidak jernih lagi. Apalagi garis pantai sudah
semakin dekat dengan pemukiman penduduk.
Di sekitar pemukiman penduduk, banyak sampah-sampah
berserakan. Hal ini tentunya dikarenakan kurangnya kesadaran dari masyarakat
tentang pentingnya kebersihan. Dari pengamatan yang dilakukan, memang ada
terlihat tempat pembuangan sampah dan sepertinya tidak begitu berpengaruh bagi
masyarakat untuk membuang sampah ditempatnya. Pencemaran yang terjadi di pantai
ini bisa dikatakan tergolong berat, terlihat dari sampah-sampah yang
berserakan.
B.
Tujuan
Tujuan dari observasi di daerah
pantai ini adalah untuk mengetahui keadaan serta kondisi di wilayah pantai
tersebut.
C. Metode
Survey
Dalam laporan ini kami menggunakan metode yang berupa
observasi.
·
Tempat penelitian:
Penelitian ini dilakukan di pantai Tangkisung yang berada
di desa Tangkisung, kecamatan Tangkisung, kabupaten Tanah Laut, Pelaihari,
Kalimantan Selatan.
·
Waktu penelitian:
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
10 November 2012.
·
Metode pengumpulan data
Data penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan catatan
lapangan. Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui lebih dalam megenai kondisi kawasan, kondisi flora dan fauna, serta
kondisi masyarakat yang berada di kawasan pantai Tangkisung.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Pantai
Pantai adalah
sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautan dan daratan, bentuk pantai berbeda-beda
sesuai dengan keadaan, proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti
pengangkutan, pengendapan dan pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus,
angin dan keadaan lingkungan disekitarnya yang berlangsung secara terus
menerus, sehingga membentuk sebuah pantai.
Pesisir adalah
wilayah antara batas pasang tertinggi hingga batas air laut yang terendah pada
saat surut. Pesisir dipengaruhi oleh gelombang air laut. Pesisir juga merupakan
zona yang menjadi tempat pengendapan hasil pengikisan air laut dan merupakan
bagian dari pantai.
Manfaat pantai
sangat banyak, pantai-pantai pasti memiliki manfaat untuk kehidupan, terutama
daerah tropis pantai yang dapat dimanfaatkan manusia untuk banyak hal,
diantaranya :
1. Objek pariwisata
2. Daerah pertanian pasang surut
3. Areal tambak garam
4. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang
5. Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak
khas daerah pantai, dan lain-lain.
Pantai juga
memiliki ekosistem, ekosistem pantai adalah ekosistem yang ada di wilayah perbatasan
antara air laut dan daratan, dalam ekosistem pantai terdapat komponen biotik
dan komponen abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan
yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari
gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya.
Hutan Mangrove
adalah salah satu contoh ekosistem di daerah pantai. Di daerah hutan mangrove
hidup berbagai jenis hewan seperti kera, kepiting, ular dan udang. Hutan
mangrove dapat berfungsi menahan abrasi air laut.
B. Unsur-unsur pantai
a. Unsur Gedung dan Bangunan Lainnya
ü Bangunan
ü pemukiman,
ü sumber/sumur,
ü tempat yang menarik,
ü pipa air.
b. Unsur Perhubungan
ü jalan lokal,
ü jalan setapak,
ü tonggak kilometer,
ü jembatan,
ü sipon/gorong-gorong,
ü terminal,
c. Unsur tumbuh-tumbuhan
ü sawah irigasi
ü kebun/perkebunan,
ü tegal/ladang,
ü rumput/tanah kosong,
ü hutan rawa.
d. Unsur relief
ü tebing,
ü tanggul,
ü galian,
ü pasir,
e. Unsur perairan
ü garis pantai,
ü batu karang,
ü terumbu,
ü beting karang,
ü mata air,
ü danau,
ü sungai,
ü arah aliran,
ü terusan/kanal/saluran irigasi,
ü penahan ombak,
ü stasiun pasang surut.
C. Sektor Kelautan
Sektor kelautan mencakup
2 unsur yang satu sama lain saling terkait yaitu:
1. unsur hilir
yang lebih berkaitan dengan eksploitasi atau pemanfaatan yang terdiri dari
perikanan,pertambangan dan eksploitasi benda-benda arkeologis, energi kelautan, industry kelautan, perhubungan laut, pariwisata bahari, bangunan kelautan, perdagangan keamanan.
2. unsur hulu yang lebih berkaitan dengan
eksplorasi yang merupakan pendukung unsure hilir yang terdiri dari pengembangan
sumber daya manusia, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan, pengembangan
kelembagaan hukum dan peraturan, pelestarian
lingkungan, penyediaan data dan
informasi melalui survey dan penelitian, keterpaduan
perencanaan dan penataan ruang kelautan.
BAB III
ISI
A. Hasil
dan Pembahasan
Nama pantai
tangkisung diambil dari nama desa itu sendiri yaitu desa tangkisung kecamatan
tangkisung yaitu sebelah barat wilayah Kabupaten Tanah Laut. Berjarak kurang
lebih 22 km dari kota Pelaihari atau kurang lebih 87 km dari ibu kota
Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin. Meskipun Pantai Takisung merupakan Laut
Jawa, namun ombaknya tidak besar seperti halnya pantai selatan pulau Jawa.
Sehingga aman untuk wisata maupun menjadi pemukiman.
Sebagai objek
wisata, Pantai Takisung bisa digolongkan obyek wisata pantai yang mempesona
dengan pemandangan pantai yang dikelilingi oleh pohon-pohon kelapa dengan
pasirnya yang coklat seperti air lautnya (untuk identifikasi airnya, yaitu dari
hasil observasi didapatkan pH airnya 9 yang tergolong basa dengan suhu 250C dan
kecepatan aliran airnya sebesar 1927 rpm, sedangkan tingkat kecerahan airnya
sebesar 32 cm), ditemanin banyak pasar-pasar yang menjual jajanan khas pantai,
mulai dari ikan asin, hiasan kerang, udang, ikan, sampai terumbu karang
langsung dari nelayan. Ditambah lagi Pemerintah Kabupaten Tanah Laut yang terus
mempoles objek wisata ini melalui pembangunan sejumlah fasilitas umum yang tak
dimiliki objek wisata pantai lainnya. Diantaranya, selter, panggung permanen,
rumah makan (belum dioperasionalkan), dan penginapan. Setiap hari minggu dan
liburan panjang Pantai Tangkisung sangat ramai, karena banyak orang-orang dari
berbagai macam daerah datang berkunjung. Apabila ada acara-acara besar seperti
tahun baru atau hari raya di Pantai Tangkisung ini akan di adakan acara seperti
orkes, organ tunggal, serta perlombaan-perlombaan. Sehingga banyak orang datang
berbondong-bondong untuk menyaksikan, bahkan berkemah disekitar pantai
tersebut.
Namun dari
sisi lain, banyak juga orang yang beranggapan bahwa kondisi di sekitar pantai
pada saat ini sangat kotor, berbeda dengan dahulu yaitu banyaknya sampah dan
ranting-ranting yang berserakan di sepanjang pantai yang dapat merusak
pemandangan pantai. Namun anggapan tersebut dibantah oleh salah satu dari
penjaga kebersihan dan keamanan di pantai Tangkisung tersebut “Semua itu terjadi
karena masih banyak pembangunan-pembangunan yang belum selesai”, Kata pak
Sabri.
Di Pantai
Tangkisung ini sering terjadinya Abrasi, dimana terjadi fluktasi tiap tahun
nya. Abrasi ini terjadi karena tidak ada yang mampu menahan hantaran gelombang
yang datang dari laut, karena di Pantai Tangkisung tidak terdapat terumbu
karang yang banyak untuk menahan gelombang pasang tersebut. Apabila abrasi ini
dibiarkan begitu saja, lambat laun abrasi ini akan meluas. Sehingga di buatlah
gorong-gorong/pondasi laut (siring).
Kondisi flora dan fauna di kawasan pantai Tangkisung
tidak begitu banyak, flora yang ada hanya pohon-pohon kelapa yang cukup banyak,
pohon jangkang yang jumlahnya hanya sedikit, serta pohon-pohon lainnya. Fauna
yang ada pun tidak tidak banyak, ada kambing, kucing, ayam, ubur-ubur, serta
kerang yang jumlahnya pun hanya sedikit.
Penduduk desa Tangkisung
kebanyakan mata pencahariannya adalah sebagai nelayan, petani dan juga
berternak. Sawah di daerah pantai ini adalah sawah tadah hujan. Dan apabila
terjadi pasang pada laut, maka berakibat sawah mereka akan gagal. Adapun hewan
ternak yang ada disana kebanyakan sapi, bebek dan kambing. Sedangkan bagi
nelayan, untuk mencari nafkah mereka yaitu menangkap ikan yang kemudian
sebagian di jual dan sebagian lagi diolah menjadi ikan asin dan ikan asin
tersebut akan dijual di pasar.
B. Hasil Wawancara
a.
Bapak Sabri (45th) penjaga kebersihan
dan keamanan
Pertanyaan : Pada tahun berapa pantai Tangkisung ini
dijadikan tempat wisata?
Jawaban : Tahun 1970-an. Dan wismanya dibangun
tahun 1978 oleh pengusaha swasta dari China.
Pertanyaan : Mengapa di pantai Tangkisung ini masih banyak
sampah yang berserakan?
Jawaban : Karena masih banyak
pembangunan-pembangunan proyek yang belum selesai.
Pertanyaan : Pada
hari apa saja pasar di pantai Tangkisung ini ramai
dikunjungi?
Jawaban : Setiap
hari minggu pasar ramai, tetapi kalau hari libur panjang setiap hari
pasar ramai.
Pertanyaan : Berapakah tarif masuk dan tarif parkir untuk
ke tempat pantai Tangkisung ini?
Jawaban : Tarif
masuk /orang dewasa Rp. 1.500 dan anak-anak Rp. 1.000, sedangkan tarif parkir
/kendaraan Rp. 2.000 dan mobil Rp. 2.000.
b. Ibu Asmiah (39th)
Pertanyaan
: Apa saja mata pencaharian penduduk
sini?
Jawaban : Sebagai petani dan nelayan.
Pertanyaan : Apa
saja fasilitas yang bisa menarik banyak pengunjung untuk datang ke pantai
Tangkisung ini?
Jawaban : Pada
tahun ini diadakan banana boat. Ada upaya yang dilakukan yaitu pada tahun 2014
akan ada pembangunan-pembangunan yang akan dibuat
untuk memperindah tempat wisata.
c. Bapak Firhan (40th)
Pertanyaan : Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk memperindah
tempat wisata pantai Tangkisung
ini?
Jawaban : Dilakukannya pembuatan gorong-gorong/
pondasi laut (siring) agar apabila terjadi air pasang laut, pasirnya tidak
terkikis. Setelah itu apabila gorong-gorong/pondasi laut sudah selesai akan
dibangun tempat santai seperti tempat duduk diatas gorong-gorong/pondasi laut
tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Takisung merupakan salah satu
lahan basah yang berada didaerah pelaihari kabupaten tanah laut. Takisung
dimanfaatkan oleh pemerintah setempat sebagai daerah wisata.
Penduduk yang berada di lokasi
wilayah perairan pantai ini mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan dan
petani tambak. Akibat eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan rusaknya
prasarana dan sarana permukiman dan areal tambak, dampak lainnya adalah
perubahan morfologi pantai dimana telah terjadi erosi dan abrasi pantai kian
relatif besar sehingga mengakibatkan mundurnya garis pantai. pantai takisung
sudah mengalami abrasi, dan untuk mengcegah abrasi semakin parah, oleh
pemerintah setempat pantai takisung dibikinkan siring dari batu...
Pantai tangkisung yang terletak
di Pelaihari kini mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut terjadi karena ombak
yang semakin tinggi hingga ke daerah pemukiman para nelayan. Selain itu, di
pantai terdapat sampah organik maupun sampah non organik yang dibuang di
pantai. Sampah atau limbah organik itu juga menyebabkan pencemaran laut. Walau
limbah dari rumah tangga/ pemukiman dapat teruraikan, tetapi dampaknya terhadap
kestabilan hidup di laut cukup besar.
Tingkat pencemaran yang makin
tinggi ini terjadi karena 2 hal. Pertama, masyarakat masih memandang laut
sebagai tempat pembuangan sampah. Kedua, tidak padunya kerja sama lintas
sektoral dari aparat pemerintah.
Dengan kondisi Pantai Takisung
saat ini, langkah pertama yang lebih tepat dilakukan adalah mengamankan pantai
setempat melalui pembangunan siring atau pemecah gelombang. Jika bangunan
pemecah gelombang ini telah dibangun diyakini abrasi Bisa diatasi atau
setidaknya diperkecil dampak gerusannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar